Senin, 13 Januari 2020

Proses Perpindahan NIDN Lama dan panjang?

Kali ini aku mau cerita mengenai pelepasan atau perpindahan NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) yang pernah saya jalani. Nomor Induk Dosen Nasional merupakan nomor registrasi yang menunjukkan bahwa dosen tersebut sudah diakui secara nasional. NIDN ini digunakan untuk kepentingan dosen seperti untuk pengajaran, untuk mendaftar penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain NIDN ada juga NIDK (Nomor Induk Dosen Khusus) yang bisa diberikan untuk dosen dari kalangan swasta atau yang sudah pensiun menjadi dosen kontrak di salah satu perguruan tinggi. Salah satu hal yang paling sulit dalam dunia per-NIDN-an ini adalah saat memindah NIDN baik dari PT (Perguruan Tinggi) Swasta ke PT Negeri atau sesama negeri. Sulitnya melepas NIDN ini karena kampus tersebut masih belum mempunyai rasio dosen:mahasiswa yang ideal. Kalau masalahnya di rasio dosen tersebut, maka perpindahan NIDN bisa menjadi panjang dan berbelit-belit. Panjangnya birokrasi NIDN ini karena pimpinan dan operator di kampus tersebut tidak mendukung perpindahan dosen ke PT lain. Bagaimana tidak sulit memberkan ijin pindah, tentunya karena pimpinan di PT tersebut sulit mencari pengganti dosen, sebagian besar permasalahan dunia perdosenan adalah bagaimana memenuhi rasio dosen dan mahasiswa ini. Untuk menghadapi perpindahan NIDN ini membutuhkan tenaga, waktu dan kesabaran yang luar biasa. Butuh cara komunikasi yang enak dalam menjelaskan alasan pindah kepada pimpinan. Syarat yang dibutuhkan untuk mengurus perpindahan NIDN diantaranya : 1. Surat lolos butuh dari kampus lama (ttd Rektor), 2. SK pemberhentian dari kampus lama (ttd Rektor), 3. Surat pengantar dari kampus baru, 4. SK pengangkatan dari kampus baru, 4. Ijazah S1 dan S2 dan atau S3, 5. Bukti pindah homebase dari operator di kampus lama.

Syarat kebutuhan diatas jika prosesnya lancar, akan tetapi bagaimana jika tidak bisa mendapatkan semuanya? Kalau di masa saya minimal harus dapat surat lolos butuh dan SK pemberhentian dari kampus lama dan Sk pengangkatan dosen dari kampus baru. Saya juga sempat dipersulit karena belum ada SK pemberhentian. Setelah 2 tahun mengurus SK tersebut, saya bisa mendapatkannya sengan susah payah dan penuh perdebatan. Saran saya buat teman-teman yang sedang mengurus pindah homebase, minimal harus ada surat lolos butuh dari Rektor di kampus lama dan SK pengangkatan dosen di kampus baru (peraturan Menristekdikti no. 26 tahun 2015). Setelah itu giliran memohon ke kopertis wilayah terkait. Ini butuh kesabaran dan harus telaten dalam mem-follow-up admin di Kopertis. Kalau perlu datangi langsung kopertis terkait. Prosesnya akhirnya bisa diurus karena kampus saya yang baru sangat komunikatif dan memfasilitasi kebutuhan saya untuk pindah homebase ini. Saya yakin di kopertis sudah banyak kasus seperti ini. Memang banyak kampus swasta yang memanfaatkan nama kita yang sudah kadung punya homebase dan NIDN untuk memperpanjang akreditasi mereka, namun saya yakin di kampus asal pun tidak mungkin kan menghadirkan kita sebagai dosen yang sudah resign untuk ikut akreditasi, apalagi kita sudah tidak memiliki interest lagi di kampus tersebut, jadi lama-lama kampus juga akan merasa jenuh dengan proses ini, saya rasa kampus asal saya juga sudah jenuh dengan proses ini sehingga akhirnya saya bisa mendapat SK pemberhentian. Saya rasa cukup ya, selamat berjuang teman-teman. Pesan saya, jangan cepat-cepat mau dibuatkan NIDN jika teman2 belum sreg dengan kampus tersebut!.. Jika sudah yakin jalan karir teman2 di kampus tersebut, maka segera urus NIDN agar teman2 mendapat kesempatan yang luas untuk berkarir di dunia perdosenan…. Saya juga berharap semua Kopertis bisa merealisasikan peraturan perpindahan home base yang baru, karena saya juga berdebat dengan Kopertis tentang peraturan yang baru dari Menristekdikti (yang sekarang jadi Mendikbuddikti) ttg perpindahan homebase, dan ternyata walau sudah 2 tahun terbit, Kopertis masih belum merealisasikan. Selamat berjuang teman!!!

Minggu, 08 April 2018

Akunpuntur : Pengobatan tradisional yg kini diakui medis

Dear guys, how are u. So long time i didn't updated my blog. Well, kali ini saya mau bahas mengenai akupuntur. Ini pengalaman saya waktu ngantar someone..yeah..someone that i can't mentioned.

Akupuntur awalnya merupakan pengobatan tradisional asal cina yang menggunakan jarum yang ditusukkan pada pusat pusat syarat. Tapi tenang aja gaes, jarumnya very different dari jarum buat suntik. Jarumnya tipiiis...setipis satu helai rambut. Tapi saya gak bilang waktu ditusuk gak sakit ya...well kata dokternya tetap ada rasa sakit tapi kayak digigit semut kog dan bentar banget sakitnya (ujar dokter Akupuntur)... Jarum akupuntur ini aman kog..klo diproduksi dimana saya kurang tau...

Rata rata pengunjung yang datang kesini ada masalah dengan penyakit yang berhubungan dengan metabolime kerja syaraf mereka. Kebanyakan nih gaes (hussst... jangan dikasih tau siapa siapa ya, ini bocoran) yang datang kesini udah tua, yah mulai dr ibu ibu, bapak bapak sampai kakek nenek, sedikit yg masih muda. Akupuntur ini juga bermanfaat buat mereka yg ada masalah dgn keseimbangan hormon, ada juga yg jaga kecantikan, tapi karena sekarang udah banyak perawatan kecantikan yang bertebaran dimana-dimana, udah lumayan dikit yg ke akupuntur untuk keperluan itu.

Pernah nih saya tanya sama dokter, iseng iseng gitu...bisa tak dok saya akupuntur buat kecantikan (berharap jadi lebih muda, kulit mulus kayak bayi lagi gitu hehehe).. kata dokternya sih akupuntur bisa mnegurangi kerutan wajah yg buat wajah keliatan lebih tua tapi tetep aja..yg namanya tua keriput gak bisa dihindari gaes..hanya dikurangi aja. Akupuntur itu jarumya dipakai hanya sekali pakai gaes..habis selesai akupuntur jarumnya dibuang (kalau ditanya dibuangnya kemana saya nggak ngerti gaes).

Oh iya jarum akupuntur ditusukkan diberbagai area tergantung masing masing kondisi sakitnya. Kalau sakit dikaki, misal kakinya kaku digerakkan, jarum akupuntur ditusukkan dikaki tersebut, di titik titik syaraf tertentu. Klo sakitnya berhubungan dengan sakit kepala, jarum akupuntur ditusukkan di bagian kepala dekat kening, kalau sakitnya mata,disekitar area mata. Oh iya , kadang buat berbagai penyakit jarum akupuntur juga ditusukkan pada tangan dekat pergelangan dan jempol kiri buat memacu hormon endorfin keluar dengan sendirinya. Katanya sih, hormon endorfin merupakan hormon yang muncul ketika kita dalam kondisi bahagia, hormon ini buat kita fly gitu...hehehe...

Buat sobat sobat yg ingin mencoba bisa, tapi tidak bisa untuk penyakit yg sifatnya butuh pembedahan. Kalau itu harus sama dokter ahli bedah kali ya gaes. Harga satu kali akupuntur berbagai macam gaes tergantung penyakitnya. Paling murah 80 ribu untuk sekali datang, bisa sampai 100 ribuan. Nah, beberapa tempat praktek akupuntur menawarkan paket akupuntur, untuk setiap paket 10 kali dengan harga yg lebih murah, misal 10 kali datang harga normalnya 800 ribu, maka kalo ambil paket harganya bisa jadi 700 ribu. Lumayanlah bisa ngirit. Tapi harga ini bermacam-macam tergantung kota masing-masing. Harga yang saya sebutkan itu untuk kota sekelas semarang, bandar lampung. Lama waktu akupuntur ini cuma 20 menit gaes, yang lama cuma antrinya klo pas lagi rame, maklum aja, sekarang ini banyak masyarakay yang beralih menjalani pengobatan akupuntur hehehe..

Oke, sampai disini dulu ya gaes, semoga informasi ini bermanfaat.

Salam semangat dan Sehat...^_^

Sabtu, 30 September 2017

Pengalamn kuliah di institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Assalamualaikum guys, lama nih gak update blog. Maklum lagi hactic kerjaan. Kali ini saya akan berbagi sedikit mengenai pengalaman kuliah S2 teknik industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Awal mendengar kampus ITS (singkatan), saya sama sekali tidak tertarik. Tapi setelah saya menyelami lebih jauh sebenarnya bagaimana kampus ini saya jadi tertarik.

Niat saya awalnya iseng iseng saja lihat lihat kampus. Setelah bekerja selama hampir 2 tahun, ternyata saya masih rindu kampus. Dimana saya bisa bebas mengakses info, dan memiliki kebebasan 3 kali lipat dibanding bekerja di swasta. Yaah...setiap orang punya sudut pandang masing masing. Saya memilih kampus ini dengan jalur beasiswa unggulan dikti th 2012-2014. Saat itu memang kondisinya tidak mungkin saya bisa melanjutkan ke jenjang S2 tanpa beasiswa. Untuk mendaftar ke S2 ada beberapa persyaratan nih guys yang harus dipenuhi. Pertama, siapkan ijazah dan transkrip S1 dan S2 yg legisir ya guys. Kedua, lulus dulu tes Tes Potensi Akademik (TPA) dan tes Toefl. Untuk TPA minimal 450 klo gak salah dan tes toefl 477. Karena saat itu lokasi saya di jakarta, jadilah saya mengambil tes tpa yg bappenas. Udah tes TPAnya bayar mahal (sekitar 500 ribu th 2012) dan yg ikut antri guys. Bahkan nih,ada yg udah berkali kali tes sampai 5 kali baru lulus tes TPA. Dalam hati deg-degan...."apakah ini yg dinamakan cinta"...jedeeeng...gagal fokus. Tapi Alhamdulillah guys, saya termasuk yg lulus diatas 500..hehe..jadilah semangat tes toefl. Saya tes toefl di UPT bahasa IPB dengan nilai yg tidak memuaskan hanya 457. Udah pasrah sih, tapi ternyata kampus ITS gak mempermasalahkan.

Syarat ketiga, yaitu dapat rekomendasi dr dosen pembimbing dan ketua prodi atau jurusan. Jadi, kita kudu balik dulu ke kampus lama saat kita kuliah S1 buat minta doa restu( ceileeeh..kayak kawinan) dan tanda tangan dosen dan ketua jurusan kita. Nanti ada form yg sudah sesuai format saat minta ttd dosen pembimbing kita dan kaprodi kita...eiiits jangan lupa minta cap institusi ya guys ke bagian administrasi. Makanya baik bailah kalian keep contact sama dosen kelen saat S1. Biar gampang dapat rekomendasi hehe... Berkas berkas S2 itu gak seribet yg dibayangkan kog, intinya ikuti saja alurnya, displin..naah pasti kelar tuh berkas berkas daftar S2. Keahlian untuk teknik industri ada manufaktur, supply chain, optimasi, ergonomi manajemen strategi. Karena dr S1 udah belajar yg lab lab an, maka sekarang pindah yg ke manajemen an ( aneh y tulisn gw..hehe) Sambil nyiapin berkas pendaftaran ke universitas jangan lupa siapin juga berkas yg kudu diupload di halaman web beasiswa yg dituju. Klo sekarang selain dikti juga ada LPDP dan tidak terikat guys..yg penting NIAT pengen memperdalam Ilmu..hihihi. Intinya ikuti aturan main dalam setiap pendaftarann, pantengin terus tuh web pendagtaran kampus dan beasiswanya.Insya Allah..hasil tidak membohongi usaha..

Klo ngomongin ITS guys, yg saya suka dr ITS itu kampusnya green banyak pohon meski Surabaya puanas bangeet guys. Dosennya ramah dan friendly guys...terutama yg teknik industri ya. Disana juga saya semangat karena temen temennya pada fokus kuliah. Temen S2 saya juga baik baik guys... Klo sarana dan prasarana lumayan lengkap, perpustakaan kampus gueeede dan banyak jualan makanan yg higienis. Klo sore lebih dr jam 4 harga turun setengahnya haghaghag.. Soal biaya hidup, klo kamu orangnya biasanya aja, gak sering fashion style, make up style, jalan jalan, saya rasa murah murah aja guys, lebih murah dibanding di jabodetabek. Ngomongin tugas, klo S2 itu tugasnya emang banyaak guys, tapi temennya juga solid karena jumlah kita emang dikit kali ya..angkatan saya cuma 28 orang hehee..dan satu bidang keahlian cuma 6 orang per angkatan..jadii kami bisa SOLiD hehehe. Klo lokasi ITS, gak perlu khawatir guys..masih kota kog, deket sama mall juga, bahkan belakang ITS udah ada Mall tinggal ngesod ajah..tapi saya gak sebut merek ya guys. Nah klo musim panas, biasanya orang orang belanja dan jalan jalan di malam hari. Jadi klo malam rame banget. Klo udah panas gitu mending di lab ajaah.. kayaknya surabaya lebih panas dr jakarta.

Intinya kuliah S2 itu gak susah kog asal ada kemauan aja dan selalu usaha. Oh iya, berhubung S2 apalagi yg beasiswa cuma 2 th, jadi usahakan dr awal udah merancang penelitian, saya saja udah daftar seminar dr ssemester 2, jadi bisa lulus tepat waktu bahkan lebih cepat dr 2 th. Kuliah memang enak, bebas tapi tidak berarti kita lama dalam kondisi seperti itu... mencari ilmu itu ibadah..orang-orang yang berilmu krn Allah adalah orang-orang yg dicintai Allah. So jangan takut guys untuk selalu belajar. See u Wassalamualaikum wr. Wb.

Sabtu, 19 November 2016

PUSTAKA LABIBAH

Membaca Mencerahkan

Labibah adalah sebuah organisasi sosial keagamaan di lingkungan PT. Gula Putih Mataram. Labibah kependekan nama dari Laskar Bimbel Barokah. Awal mulanya organisasi ini dibangun oleh sekumpulan karyawan PT. Gula Putih Mataram (Lampung Tengah) pada tahun 2012 dengan tujuan memberdayakan remaja remaja masjid untuk membantu adik adik siswa SD hingga SMP untuk belajar kelompok dimalam hari di lingkungan TPA Asroul Munir (Masjid GPM) dari waktu bada isa hingga 21:00. Berjalanya waktu organisasi ini pun berkembang, dan menjadi partner organisasi KBM (Keluarga Besar Muslim) PT GPM ILD untuk menyelenggarakan pesantren ramadhan dan agenda-agenda hari besar islam. Hingga saat ini Labibah pun menjadi organisasi ramaja masjid dibawah naungan KBM GPM ILD.

Di tahun 2016 Labibah menginisasi pembentukan program baru yang dikenal dengan Pustaka Labibah. Sebuah perpustakaan umum yang berlokasi di Gedung TPA Asroul Munir PT GPM. Pustaka labibah berisi buku-buku keagamaan, fiksi, non fiksi, pengetahuan umum dan lain-lain. Perpustakaan ini mengandalkan sumber buku bacaan dari donasi buku dari anggota-anggota labibah, masyarakat GPM, dan donasi eksternal perusahaan. Dengan semangat berbagi ilmu dan budaya gemar membaca, pustaka labibah pun mulai berkembang, hingga saat ini lebih dari 200 buku terkumpul di perpustakaan ini dan bisa dipinjam atau dibaca ditempat melalui mekanisme kartu anggota perpustakaan. Kami mengajak juga para pembaca blogger yang setia untuk ikut berpartisipasi, mendonasikan buku-buku nya agar lebih bermanfaat untuk orang banyak. ^-^

Kamis, 17 November 2016

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA, EXCELLENT RESEARCH CENTER IN SUMATERA


Institut Teknologi Sumatera merupakan institut baru yang didirikan tahun 2014 atas dasar kebutuhan lulusan sarjana teknik di Indonesia. Secara akademik Institut Teknologi Sumatera sudah ada sejak tahun 2012 yang saat itu lokasinya masih bersama dengan Institut Teknologi Bandung. Namun secara formal, Institut Teknologi Sumatera resmi berdiri tahun 2014 di Lampung. Pendirian Institut Teknologi Sumatera yang dikenal sebagai ITERA diawali dengan berkumpulnya para gubernur di setiap provinsi di Sumatera yang mengeluhkan susahnya pemuda dan pemudi sumatera untuk bisa melanjutkan kuliah di jurusan teknik karena kuota yang terbatas di Institut teknik yang ada di pulau jawa. Selain itu tidak meratanya perkembangan masing masing pulau di Indonesia akibat kualitas sumber daya manusia yang tidak merata, karena masih tersentralisasi di pulau jawa. Dengan dasar tersebut dan diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2014 tentang Pendirian Institut Teknologi Sumatera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 253) yang ditetapkan Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 6 Oktober 2014 dan diundangkan tanggal 9 Oktober 2014, maka institut teknologi secara formal resmi didirikan di Lampung. Alasan pendirian Institut Teknologi Sumatera di Lampung karena Provinsi lampung yang paling siap dalam menyediakan lahan untuk pembangunan institut, selain itu alasan geografis yaitu letak kawasan yang strategis dengan pembangunan tol Bakauheni-BandarLampung-Terbanggi Besar. Tol tersebut merupakan salah satu proyek pemerintah untuk membangun tol jaringan trans-Sumatera dari Lampung hingga Aceh. Lokasi ITERA di Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan. Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menempati 285 hektar lahan yang ada di Lampung.

Institut Teknologi Sumatera sampai tahun 2016 memiliki 10 program studi yaitu Program studi Teknik Sipil, Teknik Informatika, Teknik Elektro, Teknik Geomatika, Perencanaan Wilayah Kota, Teknik Geologi, Fisika, Teknik Geofisika, Teknik Lingkungan, dan Teknik Arsitektur. Menyusul tahun depan akan dibuka Teknik Kimia, Farmasi, Teknik Mesin, Teknik Industri, Matematika, Kimia, dan Biologi yang saat ini sedang dalam proses perijinan pendirian program studi di DIKTI. Institut Teknologi Sumatera memiliki slogan "Smart, Friendly and Forest Campus". Melalui slogan tersebut mengandung arti bahwa Institut Teknologi Sumatera bercita-cita untuk mencetak generasi muda yang cerdas, bersahabat yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan menciptakan kampus yang hijau dengan selalu menjaga kelestarian alam. Tahun 2016 ITERA menerima mahasiswa baru sebanyak 1298 mahasiswa dan jumlah total seluruh mahasiswa sebanyak 1700 mahasiswa. Dosen tetap di ITERA mencapai 103 orang dan tenaga kependidikan mencapai 60 orang. Kerjasama yang diusung oleh ITERApun mendukung semangat "Smart, Fiendly and Forest Campus" yaitu mengajak LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) terkait pembangunan Kebun Raya, BMKG (Badan Klimatologi, Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) terkait pembangunan stasiun BMKG di kampus ITERA, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) terkait penelitian dan pengembangan kedirgantaraan , mengajak ITB dan Pemprov Lampung terkait pembangunan Astronomical Observatory, Earth and Space Sciences Education Centre in Sumatera (IAO ESSECS) di Kawasan Gunung Betung. Dengan ditandatanganinya MoU dengan masing masing lembaga tersebut menandakan bahwa ITERA mempunyai masa depan yang cerah di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat serta optimisme yang tinggi untuk membangun sumatera khususnya dan Indonesia pada umumnya. Tidak cukup hanya itu, saat ini ITERA juga fokus untuk pengembangan Kemandirian energi dan sustainability energy melalui LP3 (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). ITERA sebagai Research Center of Renewable Energy (RCRE) di Sumatera memiliki cita cita yang luhur untuk membantu mengatasi krisis energi di Sumatera melalui penelitian dan kerjasama dengan USAID ICED (United State Agency International Development - Indonesia Clean Energy Development) serta melaksanakan pengabdian dibidang energi dengan memanfaatkan potensi energi di Sumatera.

Fokus RCRE adalah energi baru dan terbarukan yang diketuai oleh Prof. Mohajit. Energi baru meliputi Batubara tercairkan (Liquified coal), Gas Metana Batubara ( Coal Bed Methane), Batubara tergaskan (Gasified Coal), dan energi masa depan yaitu nuklir, hidrogen, gravitasi dan methane lainnya. Sedangkan energi terbarukan meliputi Panas bumi (geothermal), Hidro, Bioenergi, Energi Surya, Angin dan Laut. Dalam waktu dekat Institut Teknologi Sumatera melalui RCRE fokus untuk mengembangakn energi surya yang sudah disepakati bersama lokasinya di Lahan ITERA dan sebagai awal percobaan dengan membangun rooftop solar panel untuk memenuhi kebutuhan listrik di ITERA dan kedepannya solar farm untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Sumatera.

Icositer dalam rangka kerjasama green infrastructure dan membuka wawasan mengenai potensi alam di Sumatera

Seminar Energi Baru dan Terbarukan di gelar ITERA pada tanggal 4 Oktober untuk menggali potensi energi di Sumatera guna menjalin kerjasama dengan swasta dan pemerintah.

Sekian penjelasan singkat saya tentang Institut Teknologi Sumatera. Bangga menjadi bagian dari Institut Teknologi Sumatera dan semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kemudahan untuk kemajuan Institut Teknologi Sumatera yang merupakan aset dari Sumatera untuk Indonesia. Tunggu kisah selanjutnya..... Dian Fajarika, STP,MT. Red

Sabtu, 30 Maret 2013

Multinomial Logit


6.2 The Multinomial Logit Model We now consider models for the probabilities pij. In particular, we would like to consider models where these probabilities depend on a vector xi of covariates associated with the i-th individual or group. In terms of our example, we would like to model how the probabilities of being sterilized, using another method or using no method at all depend on the woman's age. 6.2.1 Multinomial Logits Perhaps the simplest approach to multinomial data is to nominate one of the response categories as a baseline or reference cell, calculate log-odds for all other categories relative to the baseline, and then let the log-odds be a linear function of the predictors. Typically we pick the last category as a baseline and calculate the odds that a member of group I falls in category j as opposed to the baseline as pi1/piJ. In our example we could look at the odds of being sterilized rather than using no method, and the odds of using another method rather than no method. For women aged 45-49 these odds are 91:183 (or roughly 1 to 2) and 10:183 (or 1 to 18). Figure 6.1: Log-Odds of Sterilization vs. No Method and Other Method vs. No Method, by Age Figure 6.1 shows the empirical log-odds of sterilization and other method (using no method as the reference category) plotted against the mid-points of the age groups. (Ignore for now the solid lines.) Note how the log-odds of sterilization increase rapidly with age to reach a maximum at 30-34 and then decline slightly. The log-odds of using other methods rise gently up to age 25-29 and then decline rapidly. 6.2.2 Modeling the Logits In the multinomial logit model we assume that the log-odds of each response follow a linear model hij = log pijpiJ = αj + xiβj, (6.3) where αj is a constant and βj is a vector of regression coefficients, for j = 1, 2, , J-1. Note that we have written the constant explicitly, so we will assume henceforth that the model matrix X does not include a column of ones. This model is analogous to a logistic regression model, except that the probability distribution of the response is multinomial instead of binomial and we have J-1 equations instead of one. The J-1 multinomial logit equations contrast each of categories 1, 2, J-1 with category J, whereas the single logistic regression equation is a contrast between successes and failures. If J = 2 the multinomial logit model reduces to the usual logistic regression model. Note that we need only J-1 equations to describe a variable with J response categories and that it really makes no difference which category we pick as the reference cell, because we can always convert from one formulation to another. In our example with J = 3 categories we contrast categories 1 versus 3 and 2 versus 3. The missing contrast between categories 1 and 2 can easily be obtained in terms of the other two, since log(pi1/pi2) = log(pi1/pi3) - log(pi2/pi3). Looking at Figure 6.1, it would appear that the logits are a quadratic function of age. We will therefore entertain the model hij = αj + βj ai + gj ai2, (6.4) where ai is the midpoint of the i-th age group and j = 1,2 for sterilization and other method, respectively. 6.2.3 Modeling the Probabilities The multinomial logit model may also be written in terms of the original probabilities pij rather than the log-odds. Starting from Equation 6.3 and adopting the convention that hiJ = 0, we can write pij = exp{ hij } J k = 1 exp{ hik } . (6.5) for j = 1, , J. To verify this result exponentiate Equation 6.3 to obtain pij = piJ exp{hij} , and note that the convention hiJ = 0 makes this formula valid for all j. Next sum over j and use the fact that jpij = 1 to obtain piJ = 1/j exp{hij}. Finally, use this result on the formula for pij. Note that Equation 6.5 will automatically yield probabilities that add up to one for each i. 6.2.4 Maximum Likelihood Estimation Estimation of the parameters of this model by maximum likelihood proceeds by maximization of the multinomial likelihood (6.2) with the probabilities pij viewed as functions of the αj and βj parameters in Equation 6.3. This usually requires numerical procedures, and Fisher scoring or Newton-Raphson often work rather well. Most statistical packages include a multinomial logit procedure. In terms of our example, fitting the quadratic multinomial logit model of Equation 6.4 leads to a deviance of 20.5 on 8 d.f. The associated P-value is 0.009, so we have significant lack of fit. The quadratic age effect has an associated likelihood-ratio c2 of 500.6 on four d.f. (521.1 - 20.5 = 500.6 and 12 - 8 = 4), and is highly significant. Note that we have accounted for 96% of the association between age and method choice (500.6/521.1 = 0.96) using only four parameters. Table 6.2: Parameter Estimates for Multinomial Logit Model Fitted to Contraceptive Use Data Parameter Contrast Ster. Vs. None Other vs. None Constant -12.62 -4.552 Linear 0.7097 0.2641 Quadratic -0.009733 -0.004758 Table 6.2 shows the parameter estimates for the two multinomial logit equations. I used these values to calculate fitted logits for each age from 17.5 to 47.5, and plotted these together with the empirical logits in Figure 6.1. The figure suggests that the lack of fit, though significant, is not a serious problem, except possibly for the 15-19 age group, where we overestimate the probability of sterilization. Under these circumstances, I would probably stick with the quadratic model because it does a reasonable job using very few parameters. However, I urge you to go the extra mile and try a cubic term. The model should pass the goodness of fit test. Are the fitted values reasonable? 6.2.5 The Equivalent Log-Linear Model* Multinomial logit models may also be fit by maximum likelihood working with an equivalent log-linear model and the Poisson likelihood. (This section will only be of interest to readers interested in the equivalence between these models and may be omitted at first reading.) Specifically, we treat the random counts Yij as Poisson random variables with means μij satisfying the following log-linear model logμij = h+ qi + α*j + xiβ*j, (6.6) where the parameters satisfy the usual constraints for identifiability. There are three important features of this model: First, the model includes a separate parameter qi for each multinomial observation, i.e. each individual or group. This assures exact reproduction of the multinomial denominators ni. Note that these denominators are fixed known quantities in the multinomial likelihood, but are treated as random in the Poisson likelihood. Making sure we get them right makes the issue of conditioning moot. Second, the model includes a separate parameter α*j for each response category. This allows the counts to vary by response category, permitting non-uniform margins. Third, the model uses interaction terms xiβ*j to represent the effects of the covariates xi on the log-odds of response j. Once again we have a `step-up' situation, where main effects in a logistic model become interactions in the equivalent log-linear model. The log-odds that observation I will fall in response category j relative to the last response category J can be calculated from Equation 6.6 as log(μij/μiJ) = (α*j-α*J) +xi(β*j-β*J). (6.7) This equation is identical to the multinomial logit Equation 6.3 with αj = α*j-α*J and βj = β*j-β*J. Thus, the parameters in the multinomial logit model may be obtained as differences between the parameters in the corresponding log-linear model. Note that the qi cancel out, and the restrictions needed for identification, namely hiJ = 0, are satisfied automatically. In terms of our example, we can treat the counts in the original 7 ×3 table as 21 independent Poisson observations, and fit a log-linear model including the main effect of age (treated as a factor), the main effect of contraceptive use (treated as a factor) and the interactions between contraceptive use (a factor) and the linear and quadratic components of age: logμij = h+ qi + α*j + β*j ai + g*j ai2 (6.8) In practical terms this requires including six dummy variables representing the age groups, two dummy variables representing the method choice categories, and a total of four interaction terms, obtained as the products of the method choice dummies by the mid-point ai and the square of the mid-point ai2 of each age group. Details are left as an exercise. (But see the Stata notes.) Continue with 6.3. The Conditional Logit Model http://data.princeton.edu/wws509/notes/c6s2.html

Teori Keseimbangan Ekonomi (Makro)


Keseimbangan Ekonomi AD-AS Teori keseimbangan dalam konteks Ekomoni makro, dimaksudkan sebagai keseimbangan pasar yang terjadi ketika Agregat Demand (AD) bertemu dengan Agregat Supply. Bila seluruh Individu dijumlahkan secara horizontal menjadi industri sehingga didapat kuantitas barang A yang ditawarkan dalam suatu perekonomian, dan jumlah kuantitas barang A yang diminta dalam suatu perekonomian, maka didapatkan kurva demand agregat industri A dan kurva supply agregat Industri A. Selanjutnya bila kuantitas barang dan jasa masing-masing industri dikonversi dalam satuan yang sama, katakan saja output nasional Y, maka didapatkan kurva Agregat Demand (AD) dan Agregart Supply (AS) nasional. Secara grafis sumbu vertikal menggambarkan harga-harga umum P, sedangkan sumbu horizontal menggambarkan output nasional Y. Agregat Demand Pada Analisis keseimbangan umum telah diasumsikan bahwa tidak akan ada perubahan harga umum. Asumsi ini perlu dimodifikasi dalam rangka menentukan suatu kurva permintaan agregat, yang harga itu adalah elastis. Ini akan digunakan kembali dalam penentuan tingkat harga pada kesempatan kerja penuh. Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregatif ini, diantaranya adalah tingkat harga secara umum, jumlah uang beredar nominal, jumlah obligasi pemerintah, defisit tertimbang pada pemanfaatan tenaga kerja secara penuh dan lain-lain. Kurva Permintaan agregatif menggambarkan keseimbangan yang terjadi di dalam pasar uang dan pasar barang. Agregat Supply Kurva AS adalah berslope positif, seperti halnya kurva S dalam ekomomi mikro. Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang berslope positif adalah : 1. Harga-harga fleksibel, dapat turun atau dapat naik. Dengan kata lain tidak ada rigiditas harga (kekakuan harga) 2. Gaji-gaji fleksibel, dapat turun atau dapat naik. Dengan kata lain tidak ada rigiditas gaji (kekakuan gaji) 3. Perekonomian belum berada pada keadaan kapasitas penuh, sehingga setiap kenaikan AD dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada. Pada kenyataan tidak selamanya ketiga asumsi itu dapat terpenuhi. Alternatif lain adalah dengan mengasumsikan rigiditas terjadi pada harga, bukan pada gaji. Secara lengkap asumsi alternatif lain ini adalah: 1. Harga-harga tidak fleksibel (sticky price) 2. Pasar tenaga kerja kompetitif, dan gaji-gaji fleksibel. Dengan kata lain tidak ada rigiditas gaji (kekakuan gaji) Adapun alternatif lain dengan mengasumsikan rigiditas terjadi pada output, bukan pada gaji atau pada harga. Kurva AS mempunyai slope yang vertikal pada saat seluruh kapasitas produksi perekonomian telah terpakai. Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang berslope vertikal adalah : 1. Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh. Dengan kata lain, ada rigiditas output 2. Harga-harga fleksibel, dapat turun dapat naik. Dengan kata lain tidak ada rigiditas harga (kekakuan harga) Kurva Penawaran agregatif dalam ekonomi Islam menggambarkan volume produk nasional yang akan diproduksi pada tingkat harga yang berbeda-beda. Oleh karena dalam ekonomi Islam tidak ada monopoli dalam setiap pasar (dan penguasa harus memperhatikan hal ini), maka uang atau upah nominal yang harus dibayarkan kepada pekerja adalah benar-benar sempurna fleksibel dapat bergerak ke atas dan ke bawah, sebab penentuan apakah mereka bekerja atau tidak, didasarkan semata-mata kepada upah nyata yang ditawarkan. Kurva penawaran agregatif diturunkan dari keseimbangan kurva tenaga kerja. Keseimbangan AD-AS Dampak dari kenaikan AD berbeda-beda pada jenis AS yang berbeda. Dengan AS yang mempunyai slope horizontal, maka pergeseran AD hanya berdampak pada Y. Dengan AS yang mempunyai slope positif, maka pergeseran AD berdampak pada P dan Y. Sedangkan bila AS mempunyai slope vertikal, maka pergeseran AD hanya berdampak pada P. DAFTAR PUSTAKA  Karim, Adiwarman A, Ekonomi Makro Islami, Cetakan ke-2, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007  Makalah-makalah Keseimbangan Ekonomi AD-AS